Sunday, October 24, 2010

Gereja Katolik Dukung Bangkitnya Masjid Pertama Milan

MILAN, ITALIA (Berita SuaraMedia) – Para cendikiawan dan politisi Amerika terus-terusan berdebat atas apakah pembangunan pusat kebudayaan Islam dua blok dari ground zero – di mana serangan menghancurkan World Trade Center sembilan tahun yang lalu – pantas.
Namun ketika perdebatan tersebut, berpusat di sekitar kebebasan beragama dan peranan yang dimainkan Islam sendiri dalam serangan 9/11, berlanjut di New York, salah satu kota terhebat dunia berdebat atas sebuah proposal untuk Masjid pertamanya. Dan para pendukung mendapatkan bantuan dari sebuah kubu yang dianggap tidak mungkin, yaitu Vatikan.
Milan, kota di bagian utara Italia terkenal dengan keuangannya dan fashion, adalah rumah bagi sekitar 100.000 umat Muslim, sebagian besar pekerja pendatang dari negara-negara Afrika Utara. Namun di dalam batasan kota tersebut, tidak ada satupun Masjid.
Umat Muslim lokal mengatakan bahwa mereka tidak berhasil mendapatkan perijinan untuk membangun Masjid selama bertahun-tahun, mungkin berhubungan dengan Islamophobia yang tumbuh dalam masyarakat, yang khususnya kuat di Italia Utara, di mana Liga Utara, organisasi anti-imigrasi memiliki bentengnya.
Sekarang Gereja Katolik mendukung pencarian Muslim Milan tersebut.
"Institusi sipil Milan harus menjamin kebebasan beragama setiap orang," Kardinal Dionigi Tettamanzi,  otoritas tertinggi gereja di kota tersebut, mengatakan kepada kantor berita harian La Republika pada 4 September. "Muslim memiliki hak untuk mempraktikkan agama mereka sambil menghormati undang-undang tersebut. Sering masalah Masjid tersebut telah dibalikkan karena alasan politik, sementara hal ini dapat menjadi sebuah alat untuk koeksistensi sipil."
Seruan Kardinal Tettamanzi merefleksikan sebuah pandangan yang lebih luas di antara para pemimpin Katolik, kata pendeta Davide Milani, seorang juru bicara untuk keuskupan Milan. "Konferensi uskup tersebut di balik Tettamanzi, (Gereja katolik) yang peduli terhadap kebebasan beragama untuk semua orang."
Namun tidak jelas apakah otoritas kependetaan akan mempengaruhi para pemimpin Milan. Pembangunan sebuah Masjid "bukanlah sebuah prioritas untuk Milan," deputi walikota Ricardo De Corato dari Partai Kebebasan pusat kanan mengatakan kepada agen berita ASCA. De Corato menuduh komunitas lockal Muslim dekat dengan "Mujahid fundamentalis" dan menyarankan kota tersebut mengadakan sebuah referendum publik tentang apakah mengijinkan atau tidak pembangunan sebuah Masjid.
"Ini murni tidak masuk akal, Anda tidak pernah mendengar seorang politisi menyarankan bahwa kami seharusnya melakukan sebuah referendum untuk mengabulkan perijinan membangun sebuah Gereja atau sebuah sinagog," ujar sosiolog Stefano Allievi, penulis dari sebuah studi yang disebut "Konflik atas Masjid-Masjid di Eropa." Ia menunjuk bahwa kebebasan beragama dijamin oleh Konstitusi Italia.
"Ini adalah apa yang saya sebut dengan pengecualian Islam," Profesor Allievi berpendapat. "Ketika menyangkut tentang Islam, aturan biasa tidak lagi berlaku dan Eropa mengkhianati prinsip-prinsip mereka sendiri tentang kebebasan dan kesetaraan."
Namun Matteo Salvini, seorang anggota Parlemen Eropa dari Liga Utara, mengatakan bahwa ia memiliki alasan yang bagus untuk mencari pengecualian bagi Islam: "Di Milan banyak bangunan keagamaan dan kami tidak pernah mendapatkan masalah apapun dengan umat Yahudi, Budha, atau Protestan. Lalu bagaimana bisa kita mendapatkan begitu banyak masalah dengan Muslim?"
Musim dingin tahun lalu terdapat serangkaian penangkapan di Italia Utara di antara imigran Muslim yang dituduh memiliki ikatan dengan organisasi teroris. Pada November, contohnya, dua pria berkebangsaan Pakistan ditangkap atas tuduhan telah menggalang dana untuk serangan pada tahun 2008 di Mumbai, India. Dalam gerakan yang sama, seorang hakim di Milan mengeluarkan 17 peringatan penangkapan  orang yang dituduh menggalang dana 1 juta euro ($1,49 juta) untuk mendanai aktivitas teroris di Algeria.
Bagi mereka menunjuk bahwa kebebasan untuk mempraktikan agama seseorang adalah sebuah hal konstitusional, Salvini membalas bahwa "Islam bukan hanya sebuah agama." Dalam pandangannya, Islam "adalah sebuah alat untuk menyebarkan sebuah jalan hidup dan pandangan politik yang tidak sejalan dengan demokrasi Barat." Warga asli Milan tersebut mengatakan "tidak harus membangun sebuah Masjid di sini." Ia setuju dengan gagasan mengadakan sebuah referendum lokal, yakin bahwa sebagian besar penduduk Milan akan menolak Masjid tersebut.
Salvini meyakini rintangan walikota yang terletak pada "kurangnya sebuah rekanan yang dapat diandalkan" pada sisi Muslim. "Sekali kita mendapatkan seorang teman yang kredibel, dengan tidak ada ikatan dengan Jihad, kami akan membicarakan tentang membangun sebuah Masjid."
"Lagi-lagi, hal ini membuktikan bahwa ketika tiba mengenai Islam, pihak otoritas tidak merasa berkewajiban untuk bermain sesuai aturan," Allievi, sang sosiolog mengatakan. "Dapatkah Anda membayangkan seorang politisi menolak bertemu dengan ketua rabi Milan karena ia tidak menganggapnya seorang rekanan yang dapat diandalkan?"
Komunitas Muslim Milan secara etnis dibagi dan bertumpu pada sekitar 10 pusat kebudayaan yang menyediakan ruang-ruang sholat dan layanan pendidikan. Tidak satupun diantara mereka yang memiliki sebuah Masjid yang layak, walaupun satu Masjid dibangun pada awal tahun 1980-an di Segrate, sebuah kota kecil di luar Milan.
"Ini adalah masalah kehormatan 100.000 orang yang membutuhkan tempat yang layak untuk berdoa, sampai sekarang kami telah terpaksa untuk merayakan Ramadhan dan hari libur agama lainnya di tempat yang sebagian besar diacak, termasuk garasi, pondok yang tidak digunakan, dan gedung bioskop," kata Abdelhamid Shaari, presiden Institut Islam bulevar jenner, salah satu organisasi Muslim utama di kota tersebut.
Shaari mengatakan bahwa organisasinya telah mengusahakan perijinan lokal untuk membangun sebuah Masjid selama lebih dari 20 tahun. "Kami belum pernah sama sekali menerima sebauh jawaban, walikota selalu menolak untuk menemui perwakilan kami."
Shaari mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan otoritas lokal untuk membiayai proyek kami. "Kami melihat dua kemungkinan di sini: baik itu mereka menyediakan sebuah rencana lahan publik yang kami akan bayar dan di mana kami akan membangun sebuah Masjid dengan pengeluaran kami sendiri, atau mereka mengijikan kami untuk membeli lahan pribadi dan memastikan kami akan menerima semua ijin untuk membuat bangunan kami terbuka untuk publik."
Di Italia, ijin pembangunan diatur dengan ketat dan seseorang membutuhkan banyaknya ijin untuk membuka sebuah bangunan untuk penggunaan publik. Kekhawatiran utama Shaari adalah karena Islamophobia, jika komunitas Muslim hanya membeli sbeuah gedung yang sudah ada dan mengubahnya menjadi sebuah Masjid maka hal ini tidak akan pernah membutuhkan semua surat-surat yang dibutuhkan tersebut.
"Kami menginginkan perjanjian… memastikan mereka akan mengabulkan semua peijinan kami," ia mengatakan. "Ini akan menjadi jauh lebih mudah untuk administrasi penggunaan birokrasi  utnuk menghentikan proyek kami." (ppt/csm) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment